Tanya Jawa Kuis Etika Bisnis Syariah


1. Jelaskan apa itu Filsafat?  Mengapa mempelajari filsafat itu penting?
Jawab: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yang terkait berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Berdasarkan pengetahuan menurut beberapa ahli adalah:

  1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
  2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini membahas tentang kumpulan kembali bahan-bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
  3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari pengetahuan dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui manusia indera, yaitu penglihatan indera, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia yang diperoleh melalui mata dan telingan.

Filsafat adalah ilmu yang mencari mencari alasan yang sedalam-diperlukan bagi segala sesuatu berdasarkan pemikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau kumpulan orang yang merupakan konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu tempat orang sadar dan dewasa di tempat segala sesuatu yang ingin dilihat dari tempat yang luas dan lengkap dengan segala hubungan.
Pengertian filsafat menurut para tokoh:

  1. Harun Nasution filsafat berfikir menurut tata tertib (logika) dengan kebebasan (dogma atau agama) dan dengan sedalam-diselesaikan sehingga menjadi dasar-dasar
  2. Menurut Plato (427-347 SM), filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
  3. Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan siswa.
  4. Marcus Tullius Cicero (106 - 43 SM) mengatakan bahwa itu adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
  5. Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibn Sina mengklaim filsafat pengetahuan tentang alam yang maujud dan membantu memahami hakekatnya yang sebenarnya.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah:

  • Sebagai dasar dalam bertindak.
  • Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
  • Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
  • Untuk bersiap-siap menghadapi tantangan dunia yang selalu berubah.

Dengan belajar filsafat, anda akan mendapatkan beberapa ketrampilan berikut; memikirkan suatu masalah secara mendalam dan kritis, membentuk argumen dalam bentuk lisan maupun tulisan secara sistematis dan kritis, mengkomunikasikan ide secara efektif, dan mampu berpikir secara logis dalam menangani masalah-masalah kehidupan yang selalu tak terduga
            Dengan belajar filsafat, anda akan dilatih menjadi manusia yang utuh, yakni yang mampu berpikir mendalam, rasional, komunikatif. Apapun profesi anda, kemampuan-kemampuan ini amat dibutuhkan.
Dengan belajar filsafat, anda akan mampu melihat masalah dari berbagai sisi, berpikir kreatif, kritis, dan independen, mampu mengatur waktu dan diri, serta mampu berpikir fleksibel di dalam menata hidup yang terus berubah.
Filsafat mengajak anda untuk memahami dan mempertanyakan ide-ide tentang kehidupan, tentang nilai-nilai hidup, dan tentang pengalaman kita sebagai manusia. Berbagai konsep yang akrab dengan hidup kita, seperti tentang kebenaran, akal budi, dan keberadaan kita sebagai manusia, juga dibahas dengan kritis, rasional, serta mendalam.
Filsafat mengajarkan kita untuk melakukan analisis, dan mengemukakan ide dengan jelas serta rasional. Filsafat mengajarkan kita untuk mengembangkan serta mempertahankan pendapat secara sehat, bukan dengan kekuatan otot, atau kekuatan otoritas politik semata.
Filsafat adalah komponen penting kepemimpinan. Dengan belajar berpikir secara logis, seimbang, kritis, sistematis, dan komunikatif, anda akan menjadi seorang pemimpin ideal, yang amat dibutuhkan oleh berbagai bidang di Indonesia sekarang ini.

2. Jelaskan cabang-cabang kajian dari Ilmu filsafat?
Jawab: Dalam filsafat dikenal cabang-cabang filsafat diantaranya logika, epistemologi, etika, estetika dan metafisika.
1. Logika
Logika merupakan cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya suatu pemikiran kita. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan seseorang akan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menarik kesimpula ndengan tepat. Persoalan-persoalan logika antara lain apa yang dimaksud dengan pengertian?apa yang dimaksud dengan penyimpulan?Apa atura-aturan untuk dapat menyimpulkan secara lurus?Sebutkan pembagian silogisme?.
2. Epistemologi
Epistemologi merupakan bagian filsafat yang menerangkan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Contohnya dalam filsafat ilmu yaitu mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana cara mendapatkannya. Dengan belajar epistemologi dan filsafat ilmu diharapkan dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya. Persoalan dalam epistemologi diantaranya bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?Darimana pengetahuan itu diperoleh?
3. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Etika dapat membantu kita mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori tertentu. Jadi objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan. Contoh persoalan yang berkaitan dnegan etika diantaranya Bagaimana peranan hati nurani dalam setiap perbuatan manusia?
4. Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar estetika diharapkan dapat membedakan antara estetika filsafat dengan estetika ilmiah, berbagai teori keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalm seni dan teori penciptaan dalam seni. Persoalan estetika antara lain apakah keindahan itu?. Keindahan itu bersifat objektif atau subjektif?. Apa yang merupakan ukuran keindahan?. Apa peranan dalam kehidupan manusia dan bagaimana kaitan keindahan dengan kebenaran?
5. Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Metafisika membicarakan sesuatu dibalik yang nampak. Dengan belajar metafisika orang akan mengenal Tuhannya dan mengetahui berbagai aliran dalam metafisika. Persolan metafisika dibagi ke dalam tiga macam yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi. Persoalan ontologis antara lain apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan atau eksistensi itu?. Apa sifat dasar kenyataan atau keberadaan?. Persoalan kosmologis bertalian dengan asal mula, perkembangan dan struktur atau susunan alam seperti jenis keteraturan apa yang ada di alam?. Apa hakikat hubungan sebab dan akibat?. Apakah ruang dan waktu itu?. Persoalan antropologi seperti bagaimana terjadi hubungan badan dan jiwa?. Apa yang dimaksud kesadaran?. Manusia itu mahluk bebas atau tidak?

3. Jelaskan apa hubungan Etika dan Filsafat?
Jawab: Hubungan Etika dengan Filsafat
Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu “ethikos” yang berarti timbul dari kebiasaan. Etika adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisisdan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggungjawab.
Etika sering diidentikan dengan moral (moralitas), namun meskipun sama-sama terkait dengan baik-buruk nya tindakan manusia, etika dan moral memiliki perbedaan pengertian. Moralitas lebih condong pada pengertian nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia itu sendiri. Sedangkan etika berarti ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Jadi bisa dikatakan, etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk. Dalam filsafat terkadang atika disamakan dengan filsafat moral.
Hubungan etika dengan ilmu filsafat menurut Ibnu Sina adalah seperti indera bersama, estimasi dan rekoleksasi yang menolong jiwa manusia untuk memperoleh konsep-konsep dan ide-ide dari alam sekelilingnya. Jika manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia berpisah dengan badan, maka selamanya akan berada dalam kesenangan. Jika ia berpisah dengan badan dalam keadaan tidak sempurna, ia selalu dipengaruhi hawa nafsu. Ia hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-lamanya di akhirat.
Etika filsafat merupakan ilmu penyelidikan bidang tingkah laku manusia yaitu mengenai kewajiban manusia, perbuatan baik buruk dan merupakan ilmu filsafat tentang perbuatan manusia. Banayak perbuatan manusia yang berkaitan dengan baik atau buruk, tetapi tidak semua perbuatan yang netral dari segi etikanya. Contoh, bila di pagi hari saya mengenakan lebih dulu sepatu kanan dan kemudian sepatu kiri, perbuatan itu tidak mempunyai hubungan baik atau buruk.
 Immanuel Kant (1724-1804) berpendapat bahwa manusia mempunyai perasaan yang tertanam dalam jiwa dan hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi perbuatan buruk dan menjalankan perbuatan baik. Etika filsafat merupakan suatu tindakan manusia yang bercorak khusus, yaitu didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk. Etika sebagai cabang ilmu filsafat sebenarnya yang membedakan manusia daripada makhluk Tuhan lainnya dan menempatkannya bila telah menjadi tertibpada derajat di atas mereka.
Menurut Magnis Suseno, ada 4 fungsi atika diantaranya:

  1. Etika dapat membantu dalam menggali rasionalitas dari moral agama, seperti “mengapa Tuhan memerintahkan ini, bukan itu”.
  2. Etika membantu dalam menginterprestasikan ajaran agama yang saling bertentangan.
  3. Etika dapat membantu menerapkan ajaran moral agama terhadap masalah-masalah baru dalam kehidupan manusia, seperti soal bayi tabung dan euthanasia, yaitu tindakan mengakhiri hidup dengan sengaja kehidupan makhluk.
  4. Etika dapat membantu mengadakan dialog antar agama karena etika berdasarkan diri pada argumentasi rasional belaka dan bukan pada wahyu.

Etika kini menjadi cabang ilmu filsafat moral, karena etika menelaah hidup manusia yaitu kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan sempurna yang memuaskan manusia, baik jasmani maupun rohani dari dunia sampai ke akhirat melalui kebenaran filosofis, kebahagiaan sempuna adalah tujuan akhir manusia.

4. Jelaskan sejak kapan tradisi berfilsafat mulai ada di sejarah peradaban islam?  Mengapa?
Jawab: Merujuk pada periodisasi yang dicetuskan Harun Nasution, perkembangan kajian filsafat Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode yaitu periode klasik, periode pertengahan,dan periode modern. Periode klasik dari filsafat Islam diperhitungkan sejak wafatnya Nabi Muhammad hingga pertengahan abad ke 13, yaitu antara 650-1250 M. Periode selanjutnya disebut periode pertengahan yakni antara kurun tahun 1250-1800 M. Periode terakhir yaitu periode modern atau kontemporer berlangsung sejak kurun tahun 1800an hingga saat ini.
Secara historis, perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai oleh pengaruh kebudayaan Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan Timur (Persia) dan kebudayaan Barat (Yunani). Pengaruh ini dimulai ketika Iskandar Agung (Alexander the Great) yang merupakan salah satu murid dari Aristoteles berhasil menduduki wilayah Persia pada 331 SM.
Alkulturasi kebudayaan ini mengakibatkan munculnya benih-benih kajian filsafat dalam masyarakat Muslim di kemudian hari. Penerjemahan literatur-literatur keilmuan dari Yunani dan budaya lainnya ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran di era Bani Abbasiyah (750-1250an M) dapat dikatakan memberi pengaruh terbesar terhadap kemunculan dan perkembangan kajian filsafat Islam klasik.
Peristiwa tersebut kemudian menjadikan periode ini sebagai zaman keemasan dalam peradaban Islam. Ini sekaligus menunjukan keterbukaan umat Muslim terhadap berbagai pandangan yang berkembang saat itu, baik dari para penganut keyakinan monoteis lainnya, seperti kaum Yahudi yang mendapat posisi penting saat itu di negeri-negeri Islam (Ravertz, 2004: 20), hingga kaum Pagan, yang terlihat dari ketertarikan umat Muslim terhadap literatur bangsa Yunani Kuno yang mana sering diidentikan dengan ritual-ritual Paganisme.
Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut pada Abad Pencerahan di Eropa. Dunia pemikiran Islam kemudian semakin terfokus pada pendamaian antara filsafat dan agama ataupun akal dan wahyu, yang kemudian mempengaruhi semakin diusungnya integrasi antara akal dan wahyu sebagai landasan epistemologis yang berpengaruh pada karakter perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Kondisi tersebut memunculkan semakin banyaknya cabang-cabang keilmuan dalam dunia Islam, yang tidak hanya bersifat teosentris dengan merujuk pada dalil-dalil Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai sumber kebenarannya oleh para Mutakalim (ahli kalam), tetapi juga bersifat antroposentris dengan rasio dan pengalaman empiris manusia sebagai landasannya tanpa menegasikan dalil dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Pada periode ini, dunia Islam menghasilkan banyak filsuf, teolog, sekaligus ilmuwan ternama seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Kajian filsafat Islam di periode ini umumnya mengkaji lebih lanjut pandangan-pandangan perguruan filsafat peripatetik di Eropa seperti logika, metafisika, filsafat alam, dan etika, sehingga periode ini disebut juga sebagai periode peripatetik dari kajian filsafat Islam.
Pasca kematian Ibn Rusyd pada abad ke-12 SM, kajian-kajian peripatetik dalam filsafat Islam mulai meredup. Beberapa tokoh yang dianggap berpengaruh dalam kajian filsafat Islam kontemporer diantaranya Muhammad Iqbal, Fazlur Rahman, Syed Muhammad Naquib al-Attas, dan Buya Hamka.

5. Kapankah masa keemasan filsafat dalam sejarah peradaban islam?
Jawab: Pemicu lahirnya peradaban emas Islam
Secara sederhana, era ini dipicu oleh banyak hal yang saling mendukung satu sama lain.
1. Hal pertama adalah ketika khalifah pertama Dinasti Umayyah yaitu Mu’awiyah ibn Abu Sufyan (setelah para khalifah Rashidun: Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali’) melakukan invasi ke daerah Transjordania dan Syiria sampai dia menemukan banyak banget manuskrip-manuskrip kuno di Kota Damaskus yang diwariskan dari perkembangan ilmu pengetahuan Yunani dan Romawi (Sokrates, Plato, Aristoteles, Galen, Euclid, dsb). Berdasarkan penemuannya itu, Mu’awiyah terinspirasi untuk membuat pondasi peradaban Islam yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
2. Pemicu yang kedua, adalah karena pada saat yang bersamaan kekhalifahan Ummayyah sedang mengadopsi teknologi penulisan naskah di atas kertas yang awalnya berkembang di Tiongkok. Dengan perkembangan teknologi penulisan itu, Mu’awiyah juga menyewa tenaga ilmuwan-ilmuwan dari Yunani dan Romawi untuk melakukan terjemahan terhadap naskah-naskah kuno tersebut ke dalam bahasa Arab.
3. Pemicu ketiga adalah ketika dinasti Ummayah beralih menjadi dinasti Abbasiyah yang ditandai perpindahan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad di Mesopotamia. Dengan perpindahan pusat pemerintahan itu, yang dulunya (waktu di Damaskus) peradaban Islam dapat pengaruh kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi, ketika di Baghdad dapat tambahan pengaruh lagi dari kebudayaan Persia dan India. Lengkap sudah seluruh sumber ilmu pengetahuan terlengkap yang dimiliki umat manusia (Yunani, Romawi, Persia, India) pada saat itu akhirnya bisa ngumpul di satu titik lokasi.
4. Pemicu yang keempat adalah pengaruh 2 orang khalifah besar, yaitu Harun Al Rasyid dan anaknya, Al Ma’mun yang punya cita-cita mulia untuk membangun peradaban Islam yang menjunjung tinggi perkembangan sains, logika, rasionalitas, serta menjaga kemajuan ilmu pengetahuan serta meneruskan perkembangan ilmu yang telah diraih oleh Bangsa India, Persia, dan Byzantium. Tanpa adanya peran mereka berdua yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, Zaman Keemasan Islam kemungkinan tidak akan pernah muncul pada masa itu.
Jadi yang dimaksud sama Zaman Keemasan Islam itu adalah sebuah periode ketika Dunia Arab secara politis bersatu di bawah kekhalifahan. Pada era ini, khususnya di bawah pemerintahan Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun, dunia Islam mengalami kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan budaya yang luar biasa pesat. Secara tradisional, periode ini punya rentang antara abad 8 Masehi hingga abad 13 Masehi. Banyak ahli sejarah yang punya pendapat bahwa periode ini juga ditandain sama waktu berdirinya Bayt al Hikmah (750 -- 1258) yang merupakan pusat studi, perpustakaan, sekaligus universitas terbesar di dunia pada saat itu. Pada periode yang cukup panjang ini (sekitar 500 tahun), bisa dikatakan tidak ada peradaban lain di dunia yang bisa menandingi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dari mulai Eropa, Cina, India, karena kegigihan kekhalifahan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan melebihi peradaban manapun pada masa itu.
Dengan mengetahui pemicu jatuh-bangunnya sebuah era emas, kita bisa banyak belajar untuk membangun kembali hal yang sama serta belajar dari kesalahan masa lalu untuk tidak mengulanginya kembali.
peradaban Islam pernah begitu maju karena peradaban Islam saat itu sangat menjunjung tinggi akses ilmu pengetahuan yang terbuka dari berbagai macam sumber. Mereka bisa maju dengan menghargai para ilmuwan yang berasal dari kebudayaan berbeda (Yunani, Romawi, Persia, India). Peradaban Islam dulu begitu maju karena menghargai perbedaan serta terbuka dengan kelompok lain seperti Yahudi, Nasrani, Sabian, dan Zoroaster (Majusi) untuk ikut bersama-sama membangun dunia ini dan berkontribusi mengembangkan ilmu untuk menjadikan dunia ini lebih baik.

6. Pilihlah satu orang filsuf muslim dan jelaskan kontribusinya terhadap ilmu filsafat atau ilmu pengetahuan lainnya?
Jawab: Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina

Ibn Sina atau Avicenna Beliau yang lahir tahun 980 dan meninggal pada tahun 1037 ini juga dikenal sebagai peletak dasar-dasar ilmu kedokteran seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang serius mendalami hampir semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat, kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan.
Avicenna ini mengeluarkan mahakarya kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan jadi buku pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampe abad ke-18, atau kurang lebih 700 tahun ke depan.
Dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan tabib hanya meraba-raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang bagaimana sistem tubuh manusia bekerja. Ibn Sina-lah mengumpulkan seluruh pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik Yunani/Romawi dan Persia/India sejak jaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabung sama riset medis yang dilakuin sendiri sama Ibn Sina.
Pada masanya, Ibn Sina ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan intelektual Ibn Sina sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai perintis pertama konsep filsafat logika serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-dalamnya.
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai "bapak kedokteran modern".
Berikut 5 penemuan dan kontribusi Ibnu Sina untuk dunia kedokteran yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Penemu teori penularan TBC
Ibnu Sina adalah ilmun yang pertama kali mengemukakan teori penularan virus TBC dan efek placebo. Namun selama berabad-abad teorinya ini tidak atau belum diterima oleh ilmuan barat. Barulah setelah ditemukannya mikroskop dunia barat baru menerima teorinya dan baru pada 1960 efek placebo teori ibnu sina baru diterima kebenarannya setelah mulai majunya teknologi kedokteran.
2. Penemu manfaat Etanol
Seperti yang kita ketahui etanol sekarang banyak digunakan dalam dunia kedokteran untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada pasien. Ternyata yang pertama kali menemukan manfaat etanol tersebut adalah Ibnu Sina. Setiap hendak menangani pasien atau meracik obat ia selalu mencuci tangannya dengan khamr atau alkohol.
3. Kitab Al Qanun fii Thibb (Canon of Medicine)
Karya Ibnu Sina Berupa Kitab Al Qanun Fit Thibb (Canon of Medicine) telah digunakan sebagai buku teks perubatan di pelbagai universiti di Perancis. Misalnya di Sekolah Tinggi Perubatan Montpellier dan Louvin yang telah menggunakannya sebagai bahan rujukan pada abad ke-17 M.
Sementara itu, Prof. Phillip K. Hitti telah menganggap buku tersebut sebagai “Ensiklopedia Perubatan”. Buku ini telah membincangkan serta membahas tentang penyakit saraf. Arahan tersebut juga membahas cara-cara pembedahan yang menekankan tentang keperluan pembersihan luka.
Bahkan di dalam buku-buku tersebut juga dinyatakan keterangan dengan lebih jelas disamping gambar-gambar dan sketsa-sketsa yang sekaligus menunjukkan pengetahuan anatomi Ibnu Sina yang luas.
Penulis-penulis barat telah menganggap Ibnu Sina sebagai “Father of Doctor” kerana beliau telah menggabungkan teori perobatan Yunani Hipocrates dan Galen dan pengalaman dari ahli-ahli perubatan dari India dan Parsi serta pengalaman beliau sendiri.
4. Pelopor aroma terapi
Ibnu sina juga merupakan penemu teknik destilasi uap yang mengekstrak minyak astri dari herbal dan rempah. Selain itu juga dialah yang menemukan suatu zat untuk mengkondensasikan uap aromatik. Oleh sebab itu maka tak heran dia disebut sebagai pelopor aromaterapi.
5. Penemu adanya pengaruh pikiran dan kondisi fisik seseorang
Belum lama ini peneliti melakukan penelitian antara kondisi fisik manusia dan pikirannya. Hasilnya mencengangkan, ternyata pikiran manusia berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Jadi, apabila ada seorang pasien yang sakit lalu dokter tersebut memberikan obat yang sama sekali tidak ada hubungan dengan penyakitnya lalu dokter tersebut mengatakan "ini obat yang sangat manjur" maka pasien tersebut dapat sembuh.
Teori ini baru dibuktikan sekarang padahal Ibnu Sina telah berpendapat demikian seribu tahun yang lalu. Ia selalu berpesan kepada muridnya "jangan pernah katakan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat diobati, sesungguhnya sugesti kalian merupakan obat bagi pasien".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Singkat Visi Misi dan Value PT. Pertamina Persero